Perjanjian Baru

Yakobus 2:7-24 Terjemahan Sederhana Indonesia (TSI)

7. Dan merekalah yang suka menjelek-jelekkan nama baik Yesus, yang menjadikan kita milik-Nya.

8. Tetapi kalau setiap kalian menaati Hukum Kasih yang diberikan oleh Raja kita Yesus, maka kamu akan melakukan yang benar— yaitu perintah yang tertulis di dalam Kitab Suci,“Kasihilah sesamamu sama seperti kamu mengasihi dirimu sendiri.”

9. Tetapi kalau kamu pilih kasih karena kedudukan orang, ternyata kamu berdosa karena melanggar Hukum Kasih itu.

10. Ingatlah bahwa kalau seorang bisa menaati seluruh Hukum Taurat, lalu dia lupa melakukan satu peraturan kecil yang tertulis di dalamnya, dia sudah menjadi pelanggar Hukum Taurat dan layak dihukum Allah. Karena Hukum Taurat dianggap sebagai sesuatu yang utuh.

11. Sebagai contoh, Allah menyuruh kita dalam Hukum Taurat, “Jangan berzina” dan “Jangan membunuh.” Jadi, kalau kamu tidak berzina tetapi membunuh seseorang, kamu sudah menjadi pelanggar Hukum Taurat— bukan hanya pelanggar hukum tentang membunuh itu.

12. Oleh karena itu, hendaklah kita berbicara dan menjalani hidup kita sebagai orang-orang yang Kristus akan adili sesuai dengan Hukum Kasih-Nya— yaitu Hukum yang memberikan kebebasan.

13. Karena pada Hari Pengadilan, siapa yang tidak menunjukkan belas kasihan kepada sesamanya juga tidak akan dikasihani oleh Tuhan. Tetapi kalau kita menjadi orang yang berbelas kasih, maka kita tidak perlu takut Hari Pengadilan!

14. Saudara-saudari, kalau seseorang dari antara kita berkata, “Saya percaya penuh kepada Kristus,” tetapi dia tidak melakukan apa-apa yang menunjukkan bahwa dia sebagai orang yang percaya penuh kepada-Nya, berarti ucapannya itu omong kosong saja. Kita diselamatkan tidak hanya berdasarkan ucapan seperti itu!

15. Coba pikirkan contoh ini: Ada saudara-saudari yang hari ini membutuhkan pakaian dan makanan.

16. Lalu kamu yang sudah berkelebihan dalam hal makanan dan pakaian berkata kepadanya, “Selamat jalan! Semoga Allah memberi pakaian dan makanan kepadamu”— tetapi kamu sama sekali tidak membagikan apa-apa kepadanya, maka kata-katamu itu omong kosong saja.

17. Begitu juga dengan hal percaya penuh: Kalau keyakinan kita itu tidak dinyatakan lewat perbuatan, maka itu tidak ada artinya.

18. Tetapi akan ada orang yang menentang saya dengan berkata, “Tetapi saya tidak seperti kamu! Saya percaya penuh tanpa harus membuktikannya melalui perbuatan.” Tetapi saya menjawab orang seperti itu, “Bagaimana saya bisa tahu kalau kepercayaanmu itu benar-benar ada atau omong kosong saja kalau kamu sendiri tidak pernah membuktikannya? Saya yakin kita lebih baik membuktikan kepercayaan kita kepada Kristus lewat kasih dalam perbuatan!”

19. Sebagai contoh, kamu mengatakan bahwa kamu mempunyai kepercayaan karena kamu yakin bahwa hanya ada satu Allah. Oh kamu sungguh hebat! Setan-setan pun percaya seperti kamu! Dan mereka gemetar ketakutan karena mereka sudah tahu bahwa ‘kepercayaan’ mereka itu tidak mampu menyelamatkan mereka dari neraka.

20. Janganlah begitu bodoh! Kalau kamu masih memerlukan bukti bahwa kepercayaan yang tidak ditunjukkan lewat perbuatan tidak ada artinya, pikirkanlah contoh ini:

21. Pasti nenek moyang kita Abraham diterima oleh Allah sebagai orang benar karena perbuatannya— yaitu ketika Allah melihat bahwa Abraham sudah siap mengurbankan anaknya Isak di atas mezbah.

22. Jadi, kita bisa melihat bahwa kepercayaan dan perbuatan Abraham bekerja sama. Maksudnya, kepercayaannya dilengkapi karena ada perbuatan yang membuktikannya.

23. Itulah yang dimaksudkan ayat Kitab Suci yang mengatakan,“Abraham percaya kepada janji Allah, dan karena itu dia diterima Allah sebagai orang benar.”Karena itulah dalam Kitab Suci tertulis dia sebagai “Sahabat Allah.”

24. Jadi jelaslah bahwa kita dibenarkan di hadapan Allah lewat perbuatan kita juga— dan bukan hanya karena percaya.

Membaca bab lengkap Yakobus 2